Ada seorang sahabat yang bilang padaku, menyerah berarti mencampakkan perjuangan kita selama ini. Menyerah berarti memperolok perjuangan kita selama ini. Saat aku menulis ini, entah mengapa ada perasaan sangat sedih dihatiku. Entah mengapa seperti ada yang telah kulewatkan dalam hidupku, dan aku tak bisa mengingatnya kembali.
Pernah kalian dengar lagu D’Massive yang berjudul ‘Jangan Menyerah’?. Awalnya, kupikir itu hanya lagu biasa dengan lirik yang sama sekali tak puitis. Tapi, kuakui aku salah. Yang terpenting bukan seberapa puitis sebuah lagu, tapi seberapa besar pengaruh yang bisa diberikan lagu itu untuk kita. Untuk siapapun pencipta lagu itu, terima kasih telah memberi pesan yang sangat dalam untuk kita semua.
Aku pernah berada pada posisi sangat optimis. Entah, darimana kekuatan itu berasal. Tapi, tak lama kekuatan itu menghilang, dan aku memutuskan. Aku menyerah. Tapi, akhirnya aku sadar jika aku menyerah itu artinya perjuangan yang kulakukan selama ini menjadi sia-sia. Dengan menyerah, Aku hanya akan memperlakukan perjuanganku selama ini seperti seonggok sampah. Hingga kuputuskan untuk tak ingin lagi mengenal kata menyerah.
Kata menyerah hampir tak ada dalam kamus mereka yang punya hati sekeras baja, sejujur hujan, dan setulus alam. Tapi, biar kuperjelas sekali lagi, kawan. Sebenarnya, adakalanya kau seharusnya menyerah. Ketika apa yang kau cari tak pernah kau temukan. Ketika yang kau inginkan justru bertentangan dengan hati nuranimu. Ketika apa yang kau inginkan justru bukan hal yang bisa membuatmu bahagia. Saat itu, lebih baik kita menyerah. Karena mungkin saja jalan yang kita lalui itu. Bukanlah jalan kita. Karena mungkin saja jalan itu bukan jalan yang Tuhan siapkan untuk kita.
Jika hatimu lelah, diamlah sejenak. Dengarkan lagi apa kata hatimu. Benarkah apa yang kau cari selama ini. Benarkah hal itu yang benar-benar ingin kau temukan. Pantaskah kau berkorban begitu dalam untuk hal yang bahkan belum kau yakini. Pikirkan lagi, kawan. Terkadang ketika kita berusaha menentukan sesuatu, hati dan otak memiliki suaranya masing-masing. Maka saat itu bisa kau pastikan bahwa apa yang menjadi pertimbanganmu bukanlah hal yang benar. Jadi, biarkan hati dan otakmu menemukan kata sepakat lebih dulu. Jangan biarkan keduanya berpisah.
Kau memang harus terus mengejar apa yang kau inginkan selama itu hal yang benar, tapi ketika lelah pikirkan lagi apa yang menjadi tujuan awalmu. Saat itu baru kau putuskan ingin terus mengejarnya, atau lebih baik menyerah. Karena terkadang menyerah bukanlah hal yang buruk.
tulisan ini mengingatkan saya akan banyak hal :)
BalasHapusseperti apa misalnya? kalo boleh tau sih..
BalasHapus